Datuak Di Ngalau,Dapunta Hyang Sailendra Gunung Marapi,
Pusat Jala Pulau Emas.Menurunkan Dinasti Raja-Raja Melayu Sriwijaya

SAILENDRA, berasal dari kata Saila dan Indra. Saila adalah na ma suku yang mendiami wilayah sekitar Gunung Mahendragiri di India Selatan. Mahendragiri terdiri atas kata Mahaindra, dan Giri. Maha ind ra, adalah nama Dewata Indra yang tertinggi dan bersemayam di pun cak gunung, diucapkan Mahendra,kemudian menjadi Mandara, Man duro nama salah satu puncak Gunung Marapi, yang disebut Puncak Man duro. Penduduk sekitar lereng Gunung Marapi menyebutnya Bukit Man duro.
Sebuah kerajaan awal di lereng Gunung Marapi, oleh Tambo Sala silah Rajo-Rajo Minangkabau (TSRRM) disebut sebagai kerajaan Galun di Nan Baselo. Kosakata selo berasal dari kata syaila atau saila, dan dalam dialek Minangkabau pengertian selo atau sila adalah posisi duduk dengan melipatkan kedua kaki rapat ke badan. Posisi duduk seperti itu disebut baselo, bersila. Dan ini juga mengisyaratkan adanya kompleks pertapaan sesuai kepercayaan masa itu.
Kerajaan Galundi, sebelumnya TSRRM menyebutnya dengan La gundi, telah mengukir namanya dengan gemilang dalam catatan sejarah tradisi sejak abad ke 11 SM sampai abad ke 10 SM. Menurut keterang an TSRRM, salah seorang rajanya yang menjadi Duli Yang Dipertuan masa itu, kemudian memindahkan tempat kedudukan dan mendirikan pusat kediamannya yang baru, juga terletak dilereng gunung Merapi menjadi sebuah koto disebut Pasumayam, yakni tempat persemayaman raja dengan bentuk sebuah kompleks pemakaman yang terdiri dari batu-batu, bahkan kursi raja dan tempat duduk para pembesarnya yang digu na kan untuk persidangan juga terdiri dari batu-batu besar, yang disebut sebagai batu kadudukan. Karena itu kompleks tersebut disebut Pasuma yam Kotobatu. Terletak di hulu sebuah sungai yang dahulunya dalam Tambo disebutkan bernama sungai Una di bahu gunung Marapi itu juga.
Dalam perkembangannya kemudian berdiri pula perkampungan baru di sekitarnya untuk kedudukan raja-raja yang kemudian, yakni di sebuah lokasi yang bernama Sandi Laweh, dan Padang Penjaringan. Pada awalnya hanya merupakan sebuah perkampungan raja dan tempat tinggal para pertapa yang melakukan ibadah ritual bagi pemujaan para Dewa dari tempat-tempat yang tinggi. Lereng Gunung Marapi yang su bur, serta sumber-sumber kehidupan yang menguntungkan membuat mereka betah untuk tinggal menetap, dan ramai dikunjungi oleh penda tang-pendatang baru sehingga membuat negeri di lereng gunung Merapi itu menjadi terkenal.
Sebuah syair dari India yang termasyhur dari abad ke 3 SM me nyebutkan bahwa di sebelah timur ada negeri yang disebut Tri kuta Nilaya. Bahwa negeri itu terletak di kawasan tiga puncak gunung. Sa lah satu puncaknya disebut Manduro atau Mandara, salah satu dari himpunan perbukitan di bagian selatan Gunung Marapi. Kosakata man duro atau mandara berasal dari kata Maha Indra, karena itu Manduro menjadi terkenal di zamannya sebagai “gunung dewata” dan negeri yang menjadi pusat kehidupan masyarakat penghuninya waktu itu adalah Galundi dan Selo, yang kemudian menjadi satu dalam nama Galundi Nan Baselo, sesuai dengan nama bukit di dekatnya itu. Manduro juga di gunakan untuk menyebut nama gunung Merapi secara keseluruhan.
Tetapi juga berdasarkan kepercayaan di masa itu penduduknya memiliki nama lain yang dipakai untuk menyebut gunung Marapi dengan nama Mahameru. Bahkan masih dipakai sampai abad ke 13 seperti yang tertulis pada prasasti Saruaso. Itulah sebabnya mereka mem beri nama salah satu puncak bukit yang menjadi bagian tertinggi dari puncak Gunung Marapi dengan nama Mahendragiri, yang artinya Gu nung Maha Indra, tempat bersemayamnya Sang Dewata Maha Indra, sesuai dengan nama gunung yang mereka tinggalkan dari negeri asal me reka. Dan sebuah sungai yang berhulu dari gunung ini kemudian menga lir ke pesisir timur masuk ke provinsi Riau, terus kelautan. Sungai yang mengalir menuju pesisir timur Sumatera tersebut di beri nama Batang Indragiri, artinya sungai yang batang alirannya berasal dari Gunung (Giri) Indra.
Mahendragiri, Maha-Indra-giri sebagai nama puncak Gunung Marapi yang terletak di pusat pulau Sumatera bagian tengah tidaklah begitu populer, tetapi Bukit Manduro yang menjadi nama salah satu pun cak Gunung Merapi tersebut, tetap dikenal oleh masyarakat yang tinggal di sekitar lerengnya. Dapat ditelusuri sampai sekarang, di sekitar lereng Gunung Merapi tersebut terdapat perkampungan perkampungan seperti Batur, Sungai Jambu, Bulan Sariak, Jambak Ulu dan Lubuk Atan (Labu atan). Sementara puncak yang lain disebut Bukit Siguntang guntang Marapi, yang berada juga pada lokasi perkampungan Galundi Nan Ba selo tersebut. Sebelum nama Marapi muncul, puncak itu disebut Bukit Seguntang-guntang Mahameru.
Walaupun kemudian berabad-abad lamanya tenggelam dalam mis teri sejarah. Perkampungan tertua seperti Sandi Laweh, Padang Penja ringan, dan Galundi Nan Baselo, Pasumayam Koto Batu, Batur dan la in-lainnya itu hilang dari peredaran beri ta-berita sejarah, bahkan tak pernah digubris sama sekali. Semen tara Prasasti Saruaso hanya menye but adanya dua orang pemimpin pada zaman itu yang bernamaPerpatih Tudang dan Temeng gung Kudawira.
Galundi Nan Baselo muncul kembali pada abad ke 14 ke tika lahirnya tokoh pembaharu Datuk Suri Dirajoyang menjadi Pangulu di lereng puncak gunung Marapi tersebut bersama dua orang kemena kannya Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpa tih Nan Sabatang. Kelak kemudian dikenal sebagai pemimpin dan pemikir-pemikir sejati yang melahirkan konsep tatanan sosial hidup berdampingan secara da mai dan demokratis dengan karakter khas dan spesifik, yang terkenal dengan Sistem Kelarasan Koto Piliang menurut konsep Datuk Ketu manggungan dan Kelarasan Bodi Caniago menurut konsep Datuk Perpatih Nan Sabatang. Hubungan yang dinamis antara kedua sitem ini mela hirkan tatanan Undang dan Hukum Adat Alam Minangkabau.
Perkampungan baru di Galundi Nan Baselo yang disebut juga Bukit Siguntang-guntang Gunung Marapi atauBukit Sigun tang-guntang Mahameru sekitar abad ke 14 telah berkembang sampai ke hilirnya dengan nama yang sampai sekarang di sebut Batur. Sandi Laweh dan Padang Penjaringan kemudian ditinggal kan penduduknya, demikian juga dengan perkampungan lama dari Galundi Nan Baselo yang disebut Bukit Siguntang-guntang tidak saja menjadi desa Batur, tetapi berkembang menjadi nagari Sungai Jambu yang terdiri dari koto-koto Sungai Jambu, Batur, Bulan Sariek, Jambak Ulu, dan Lubuk Atan. Itu lah yang seka rang bernama nagari Sungai Jambu, dengan koto-kotonya yang berada di bahu Gunung Marapi.
Dari Batur terlihat gunung Marapi dengan salah satu pun caknya yang terletak di selatan dengan nama Gunung (Bukit) Manduro. Di bawah lerengnya pada ketinggian lebih kurang 1000 M terdapat perkampungan Sandi Laweh, dan sebuah bukit yang disebut Gunung Ranjani dengan perkampungan Padang Penja ringan. Di sebelah kiri akan terlihat jelas Bukit Siguntang-gun tang dan dibawahnya terletak bekas perkampungan Galundi Nan Baselo yang juga dikenal sebagai perkampungan Bukit Siguntang-Guntang secara keseluruhan. Itulah puncak Gunung Marapi, Pu sat Jala Tampuk Alam Minangkabau yang penuh misteri.
Melayu Minangkabau
Menurut Tun Sri Lanang, (Sejarah Melayu,) kedatangan nenek moyang suku Minangkabau (sebelumnya belum bernama Minangkabau) dipimpin oleh Dapunta Hyang dari Dinasty Kaundinya ke Bukit si Guntang Mahameru, Gunung Merapi. Kemudian orang-orang Gunung Merapi ini dikenal sebagai orang-orang Melayu, (malayur, malayu, malay, artinya orang pegunungan dibangsakan kepada keturunan Yang Dipertuan Dapunta Hyang).
Syaila Indra menjadi Sailendra, artinya Dewa Indra yang menguasai tempat-tempat tinggi di pegunungan, karena itu salah seorang peneliti asing menyebutnya Maharaja Gunung, The King Of Mountains. Nama ini kemudian dijadikan nama Dinasty, (wangsakara atau nama nasab keturunan). Wangsa / dinasty Sailendra telah diakui oleh para ahli sejarah berasal dari Melayu Sumatera.
Pusat Melayu Sumatera berada di sekitar pusat jajaran pegunungan bukit barisan sebelah barat bagian tengah pulau Sumatera dengan puncaknya Gunung Merapi yang terletak di provinsi Sumatera Barat sekarang. Dapat dipastikan Wangsa Dinasty Sailendra adalah Raja Gunung (The King Of Mountains) Merapi. Adakah hubungannya raja-raja keturunan Gunung Marapi dengan fakta-fakta sejarah yang ditulis para ahli sejarah ? Seperti “Sriwijaya”, Apakah Sriwijaya itu nama raja atau nama Kerajaan ? Sri = cahaya Wijaya =menang. Sri Wijaya = cahaya kemenangangan Sriwijaya juga berarti "tanah menang"..... ?
Daftar urutan raja-raja Sriwijaya :
1. Dapunta Hyang Sailendra (- 670 M)
2. Dapunta Hyang Sri Jayanasa (682 – 684 M)
3. Sri Maharaja Lokita Warman (670 – 730 M)
4. Sri Maharaja Indra Warman (- 718 M)
5. Sriwijayendra Raja (730 –775 M)
6. Dapunta Hyang Sri Maharaja Sanggrama Dhananjaya
Sri Maharaja Indra Warman Dewa, Raja Sriwijaya
(775 – 782 M)
7. Dapunta Hyang Sri Maharaja Samaragrawira
(782 – 819 M)
8. Dapunta Hyang Sri Maharaja Samaratungga Dewa
(819 – 842 M)
10. Balaputradewa Raja Suwarnadwipa (850 M)
11. Sri Maharaja Cuda Maniwarman (1003 M)
12. Sanggramawijayatunggawarman (1025 M)
13. dst.
Dok. Salimbado Buah Tarok, 1992. Diperbaharui 2012
Emral Djamal Dt. Rajo Mudo Sumber dari berbagai kepustakaan.